Eko Agus Suyono SSi., MAppSC adalah Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) telah berhasil menemukan sumber energi alternatif terbaru, sumber energi ini dihasilkan dari pengolahan mikroalga untuk diolah menjadi bioetanol sebagai salah satu solusi dengan semakin menipisnya energi yang dihasilkan dari fosil.
Mikroalga menjadi pilihan Eko dalam penelitian ini karena keberadaan mikroalga cukup berlimpah, mengingat dua pertiga wilayah Indonesia merupakan laut. Dengan demikian pengolahan mikroalga menjadi bioetanol bisa dijadikan salah satu upaya untuk mengelola kekayaan sumber daya laut Indonesia yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
“Biodiversitas mikroalga yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi bioenergi, salah satuya adalah Tetraselmis sp,” ujar Eko di Yogyakarta, Minggu 14 Desember 2014.
Berdasarkan hasil penelitianya, bioetanol potensial diproduksi dari hidrolisis biomassa Tetraselmis sp. strain Ancol dan fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae (strain Etanol Red) sebesar 0,36 g etanol/g biomassa setelah inkubasi 48 jam. Hasil ini setara dengan hasil bioetanol tertinggi yang pernah dilaporkan dalam publikasi penelitian yang dilakukan di Korea,
“Tetraselmis sp strain Ancol merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk produksi bioetanol,” kata Eko.
Dari hasil penelitian, Eko melanjutkan, sampai saat ini setidaknya terdapat 6 spesies Tetraselmis sp. yang sudah berhasil diisolasi dari perairan di Indonesia. Semua spesies tersebut masih belum dianalisis potensinya sebagai penghasil bioetanol. Sehingga diperlukan penelitian untuk dikembangkan sebagai sumber bioetanol.
Sementara dari hasil analisis filogenetik, didapatkan dua clades dari strain Tetraselmis yang diisolasi dari Indonesia dan luar Indonesia. Clade pertama terdiri dari strain Ancol, Cilegon, Manado, Vancouver Island (Canada), dan Northumberland (UK). Clade kedua terdiri dari strain California (USA).
Kandungan karbohidrat dalam biomassa Tetraselmis sp strain Ancol dapat ditingkatkan dengan mengatur rasio Nitrogen: Fosfor sebesar 37: 1 di bawah penyinaran 12 jam terang dan 12 jam gelap dengan kandungan karbohidrat per liter dan karbohidrat per sel tertinggi pada Tetraselmis sp. strain Ancol masing-masing sebesar 0,33 g/L dan 158 pg/sel.
Dikatakan Eko Agus Suyono, mikroalga merupakan organisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk bahan bakar nabati. Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku untuk bahan bakar nabati relatif tidak bersaing dengan tanaman produktif penghasil pangan dan hampir tidak mengurangi luas lahan untuk tanaman pangan.
“Organisme ini mempunyai efisiensi fotosintesis yang tinggi dan mempunyai pertumbuhan yang lebih singkat dari tanaman pangan lainnya,” katanya.
Sumber : VivaNews