Pria yang di Jepang akrap dipanggil dengan Anwar Kung ini menuturkan bagaimana temuannya sempat dipandang sebelah mata oleh peneliti telekomunikasi di dunia.
"Saat 2005, saya usulkan teknologi di konferensi internasional di Hokkaido, Jepang, chairman mengatakan 'I thinks this is useless', kemudian saya presentasikan di Australia juga sama," ujarnya.
Kabar gembira baru datang tiga tahun kemudian, karena standar dunia LTE akhirnya keluar dan diakui dunia internasional. Khoirul pun sumringah, teorinya ternyata dipakai dunia.
"Profesor saya langsung menyelamati, Anwar Kung, 'this is yours technic'. Saya bangga, teknologi saya tak hanya digunakan terrestrial tapi juga untuk satelit di luar angkasa," bebernya.
Temuan Khoirul berupa teknik memakai dua pasang fast Fourier transform (FFT), yang sebelumnya menggunakan satu pasang FFT. Inovasi ini mampu menghemat daya transmisi dan membantu menghasilkan kecepatan tinggi komunikasi nirkabel.
Penghargaan ia persembahkan untuk keluarga dan seluruh sahabat dan insinyur Indonesia. Ia mengajak para insinyur dalam negeri untuk bisa menciptakan alat yang bisa diproduksi sendiri oleh anak bangsa.
"Di masa depan, kita akan bersaing dengan insinyur negara lain. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan bikin teknologi di masa depan," ujar Khoirul.
Menutup sambutannya, ia memohon doa dan dukungan kepada masyarakat Indonesia agar para ilmuwan muda bisa berprestasi dan berinovasi. "Untuk masyarakat Indonesia, bahkan dunia," katanya. (VivaNews)