Pelajar mengamati matahari dengan teropong di Surabaya, Jawa Timur, Senin (7/3). (ANTARA/Didik Suhartono) |
"Aktivitas kami hari ini mempersiapkan titik pengamatan gerhana. Sebelumnya memang kami rencanakan di salah satu dermaga Maba yang sudah tidak terpakai lagi, tapi ternyata informasi terakhir mau dipakai masyarakat untuk menggelar festival gerhana," kata peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Emanuel Sungging saat ditemui di Alun-alun Kota Maba, Maluku Utara, Senin.
Akhirnya, ia mengatakan diputuskan aktivitas pengamatan GMT oleh LAPAN dan NASA dipindah ke Alun-alun Jiko Mobon.
"Ya sudah tidak apa-apa kalau masyarakat memang mau menggunakan lokasi itu. Sebelumnya memang kami tidak dapat informasi bahwa akan ada festival gerhana di lokasi itu," ujar Sungging.
Menurut dia, kelebihan lokasi pengamatan baru tersebut berada di tengah kota sehingga tidak sulit membawa semua peralatan untuk pengamatan. Namun, yang menjadi kekhawatiran adalah masyarakat yang berkerumun menyaksikan kegiatan pengamatan.
"Semoga saja tidak mengganggu (jalannya pengamatan). Nanti akan ada dari tim kami akan mencoba mengalihkan perhatian masyarakat untuk melihat gerhananya bukan aktivitas penelitiannya," ujar dia.
Dari segi kebutuhan penelitian, menurut Sungging, lokasi yang baru yang berada alun-alun tersebut cukup baik karena matahari dapat teramati 45 derajat. "Itu sudah cukup tinggi".
Berdasarkan pantauan Antara, titik pengamatan GMT LAPAN dan NASA di alun-alun Jiko Mobon sangat terbuka dan mudah diakses masyarakat. Lokasi pengamatan seluas sekitar 10x8 meter persegi (m2) hanya diberi batas tali rafia berwarna merah.
Tampak masyarakat Maba, terutama anak-anak begitu antusias melihat persiapan titik pengamatan oleh para peneliti dari badan antariksa Indonesia dan Amerika Serikat (AS) tersebut hingga berdiri begitu dekat dengan batas tali rafia.
Menurut Sungging, totalitas GMT di Maba diperkirakan terjadi sekitar pukul 09.50 WIT, dan lamanya mencapai tiga menit dan 17 detik. (CNN)